Mom’s,
Kali ini saya pengin cerita tentang tradisi Mudun Lemah yang hampir mirip
dengan tedhak sinten. Tradisi ini masih sangat familiar di desa kami. Kebetulan
Umar sudah berusia tujuh bulan dan uyutnya udah ga sabar banget pengin liat Umar
“Mudun Lemah”. Oiya Mom’s, tradisi ini belakangan sudah mulai memudar. Sekarang
para ibu biasanya mengambil praktisnya saja. Pesan bubur cadhil lalu dibagikan
ke tetangga tanpa adanya ritual. Saya malah tadinya ga akan ngadain tradisi
mudun lemah dana lagi mepet banget. Eh Alhamdulillah ada sayang sama Umar, jadi
dech bikin Tradisi Mudun Lemah. Kalau kata Nenda sech di niatian aja sodaqoh.
·
Untuk makanannya : Bubur Cadhil, ketan, bubur
merah dan bubur putih.
·
Untuk yang di nampan yang akan dipilih Umar
sesuai selera ya. Kalau Umar kemaren : Bus (karena ga punya mobil-mobilan),
uang, Tasbih, Juz Amma, Buku tulis, Pulpen dan mainan bola.
·
Uga Rampai : Layah 9 buah, jarik atau kain tiga
buah, beras dalam palstik satu kg, jengkok atau tempat duduk buat nyuci (duh
bahasa indonesianya apa ya), kurungan ayam, beras kuning dan uang recehan, dan
dedek (makanan ayam) dan bunga, kurungan ayam.
Tata Cara
Tradisi Mudun Lemah
Ø
7 layah di isi dengan ketan dan di atasnya di
kasih bubur cadhil, satu diisi dengan bubur merah dan bubur putih dan satu di
isi dengan dedek yang sudah diberi air.
Ø
Ada baskom yang berisi bunga-bunga. Baskom ini
buat cuci kaki Umar setelah nginjek ke Sembilan layah tadi.
Ø
Jengkok di atasnya diberi tiga jarik dan beras.
Umar nanti akan duduk disitu.
Ø
Beras kuning dan uang receh di campur.
Ø
Nampan dan kurungan ayam.
Prosesi Tradisi Mudun Lemah
Umar duduk di
atas jengkok dipegangi anak perempuan yang kebetulan masih kerabat kami. Kalau anak
yang mudun lemah anak perempuan maka yang memegang adalah anak laki-laki. Setelah
duduk dan dipegangi Umar akan disodori nampan yang berisi macam-macam. Umar
langsung pegang bus (soalnya mainan kesayangannya hehehe), uang, tasbih, juz
amma, buku, kemudian baru pulpen dan bola. Saat Umar mengambil barang sambil di
taruh kurungan ayam di atasnya. Setelah semua barang dalam nampan habis, Umar
langsung menginjak ke Sembilan layah tadi (kakinya udah di cuci bersih lhoooo)
itu juga buat syaratnya dikit-dikit kaki nyentuhnya.
Pertama nyentuh
atau mecak (bahasa Tegal debong) bubur cadhil ketan yang ada tujuh layah,
kemudian bubur merah putih dan baru dedek. Setelah itu anak-anak kecil langsung
berebutan mengambil bubur cadhil ketan dan bubur merah putihnya. Lalu kaki Umar
di cuci dan anak-anak siap berebut uang receh yang akan disebar dengan beras
kuning.
Saat ini
Tradisi Mudun Lemah semakin menghilang. Biasanya
saat anaknya berusia tujuh bulan hanya membagi-bagikan bubur cadhil ke saudara
dan tetangga. Saya sendiri juga tadinya hanya ingin sesimple itu, tapi ya ga
ada salahnya untuk mengikuti tradisi. Oiya, Tradisi Mudun Lemah ini kayaknya
hampir mirip sama Tradisi Tedhak Sinten ya. sayangnya, saya sendiri belum
pernah liat prosesi tradisi Tedhak Sinten.
Mudah-mudahan postingan ini
bermanfaat ya mom’s, doakan semoga Umar sehat selalu dan jadi kebanggaan
keluarga. Oiya, mom’s punya cerita tradisi yang berkaitan dengan anak?bisa
share disini
jadi bisa nambah wawasan
tradisi yang ada di seluruh nusantara.